LGBT

(Lisan Gak Butuh Tindakan)


                Tertarik membahas mengenai LGBT karena melihat tayangan ILC malam ini. Wah.. lumayan seru dan agak lucu. Pembahasan kasus ini agak lucu karena juga yang bahas lucu juga. Bagus pada yang murni berkepintingan untuk menegakkan kebenaran. Namun unik yang berdalih pada kebenaran untuk mendukungnya.

                Khawatir juga tadi karena tayangan tersebut awal sudah bahas sex, bersetubuh, dll. Karena lagi nonton TV sama adek. Akhirnya ketika melipir-melipir kata-kata seperti itu, remot ditangan pun cekatan menekan. Lah, tayangannya mulai ndak seberapa malam terus bahas begituan kan juga takutlah kita jika terdengar oleh anak yang masih labil mencerna.

                LGBT (lesbian, gay, bisexsual, transgender) akronimnya seh seperti itu. Tapi ketika mereka yang bersangkutan atau dari golongan mereka berkata pada batasan-batasan agama maka saya juga punya presepsi lain mengenai akronim dari LGBT. “Lisan Gak Butuh Tindakan” karena apa yang mereka ucapkan adalah tidak benar adanya. Hanya dalih sebagai pembenaran pada dirinya yang sudah terjerembab dalam kesalahan.

                Ada yang berkata “saya seperti ini sudah menjadi takdir tuhan. Tuhan yang salah dengan penciptaannya. saya seharusnya terlahir menjadi perempuan bukan laki-laki”. Eits eits. Kalau kata Ust Abdul Somad “Tuhan aja mereka salahkan, apalagi manusia”. Jadi ya lucu jika seseorang memperjuangkan sesuatu yang salah. kemudian mensupport alasan dari si LGBT. Terlepas dari tentu ada kepentingan yang lain dibalik itu semua.

                Memang kalau yang harus diperhatikan itu isi dari pembicaraannya bukan  dari orangnya. Tetapi ketika orang yang berbicara masih bermasalah, apa iya kata yang keluar dari mulutnya itu benar adanya? Membentengi diri juga sangat perlu. Supaya tidak mudah tertipu. Mungkin tidak secara langsung setuju, tetapi jika tertarik pada kata-katanya bisa saja hanyut dalam lamunan syahdu.

                Lantas apakah dengan sikap menolak LGBT membuat kita bersalah karena membenci pada manusia? Mungkin ini yang menjadi kerisauan termasuk juga dalam diri saya sendiri. Sempat berpikir apakah saya ini juga mendzolimi orang lain atau mendzolimi lingkungan juga?

                 Ternyata tidak demikian. Yang harus dibenci adalah sikap atau prilaku yang tercela itu, bukan orangnya. Meski memang agak benci sama orangnya karena seringkali digoda ketika lewat di depan rumahnya.

                Yang sempat menjadi gurauan diri pribadi. Mereka mengaku gay dengan suka sesama jenis. Lalu kalau seperti itu mengapa tidak menerima apa adanya? Mengapa ketika dua orang gay yang “berpacaran” bisa dibilang seperti itu, harus salah satunya menjadi perempuan atau macak perempuan. Berlaku juga pada yang lesbi, salah satunya pacakan sepeti laki-laki. Apa iya jijik kalau secara utuh sama berpenampilan laki-laki ataupun perempuan?

                Atau jangan-jangan memang jati diri mereka adalah suka dengan lawan jenis? Saya rasa iya karena perasaan yang paling dalam itu tidak bisa dipungkiri. Dan saya juga percaya bahwa Tuhan telah membuat rasa yang seperti itu (suka pasti dengan lawan jenis). Lalu apa penyebab kemunculan gay, lesbi, dll itu?? Yang masih menjadi tanya.

                Tapi bersyukur juga kalau seperti itu. Jadi kita bisa tahu bahwa orang itu gay, lesbi, dll. Dengan penampilan yang mereka tunjukkan kita bisa tahu kalu mereka sebenarnya bukan seperti itu. Apalagi ketika ada dua orang jalan, yang satu perempuan nyel terus satunya kok kayak perempuan tapi potongan pendek dll bla bla bla.. terus bersikap mesra, halah wes kemungkinan besar ya itu…

                Semoga kita bukan dan tidak akan menjadi salah satu dari mereka. Semoga Tuhan senantiasa menghindarkan kita dari hal-hal yang keluar dari tuntunan agama. Aamiin….

                Jika dari kalian ada yang tahu penyebab kemunculan LGBT bisa share ilmu di kolom komentar..

Comments

Popular posts from this blog

Orang Gila di Mata Hukum