RINDU
     Baru kali ini aku berbicara tentang rindu. Rasa yang tak sampai pada titik temu. Berharap angin di padatnya rumah perkotaan. Berharap hujan di kala musim bukan saatnya. Menitik sendu pada kayu pohon yang sudah lapuk termakan waktu.
     Baru kali ini aku bingung. Dalam pandang yang tak terpusatkan, sekejap muncul lalu menghilang. Hingga timbul kembali pikiran rumit yang sempit. Tak mampu membuka perhelatan di antara berjuta pasang mata lainnya.
     Di dalam bunga ada harum yang tersimpan. Kalau tak ada angin yang membawa, tak mungkin tercium oleh makhluk di sebelah. Kalau tanpa isyarat apa apa, tak mungkin juga muncul seketika. Entah apa yang tengah dibicarakan. Biar tercatat oleh jarak yang tak terhelatkan.
     Tanpa meninggikan harapan untuk bisa menggapainya. Atau menarik angin untuk segera membawanya. Menghentak bumi biar terasa olehnya. Cukup hanya menjadi wijen pada onde-onde. Atau kismis pada kue lumpur. Yang fungsi besar sebagai penghias. Akan tetapi rasanya selalu ternanti oleh lidah. (butir tasbih suci)

Comments

Popular posts from this blog

Orang Gila di Mata Hukum